Gayo Lues Pada Zaman Kerajaan Aceh
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgBvYRObmiTCon0VEiqEcEGxrNUgXY_4Ci4Wbl4iaaiX7iBaCTgRoQYvV-k64JVljSngMxSAMR4dgqP33SXsVOXVmb0Cq7gsfyTSBU4X6BoCNf6hkHLH3I2zOlBMxfIkbkoNh_abTcmx5le/s72-c/dsc007622.jpg
Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda daerah
Gayo dan Alas secara resmi dimasukan ke dalam Kerajaan Aceh. Gayo dan Alas
dibagi atas beberapa daerah yang disebut Kejurun. Kepada Kejurun diberikan
sebuah bawar, pedang (semacam tongkat komando) sebagai pengganti surat
keputusan. Daerah Gayo dan Alas dibagi atas delapan Kejuruan. Enam di Gayo dan
Dua di Tanah Alas. Di Gayo yaitu Kejuruan Bukit, Lingge, Syiah Utama,
Patiambang, Bebesan dan Abuk; di Tanah Alas, Batu Mbulan dan Bambel. Kejuruan
Patiambang berkedudukan di Penampakan, dengan luas daerah seluruh Gayo Lues
dengan 55 kampung. Kepala pemerintahan dipegang Kejuruan dengan dibantu 4 orang
Reje, yaitu Reje Gele, Bukit, Rema dan Kemala, dan delapan Reje Cik yaitu :
Porang, Kutelintang, Tampeng, Kemala Derna, Peparik, Penosan, Gegarang dan
Padang. Tugas utama Reje dan REje Cik adalah membangun daerahnya masing-masing
dan memungut pajak dari rakyat serta memilih Kejuruan. Kejuruan setiap tahun
menyetor upeti kepada Sultan Aceh.
Ekspedisi Van Daalen ke Daerah Gayo Lues
Setelah Sultan Aceh Muhammad Daudsyah menyerah kepada
Belanda pada tahun 1903, maka Gubernur Militer Aceh Van Heutsz memutuskan untuk
menaklukan seluruh Aceh. Daerah yang belum takluk adalah daerah Gayo Lues dan
Alas Van Heutsz memerintahkan Van Daalen untuk menaklukkan kedua daerah
tersebut. Setelah segala sesuatunya daianggap rampung maka Van Daalen mulai
menyerang daerah Gayo Lues pada tahun 1904. Setelah mengalahkan Gayo Laut, Gayo
Deret, akhirnya Van Daalen memasuki daerah Gayo Lues di sebuah kampung yang
terpencil yaitu Kampung Kela (9 Maret 1904). Dari sinilah daerah Gayo Lues
ditaklukkan benteng demi benteng. Dimulai dengan menaklukkan Benteng Pasir ( 16
Maret 1904), Gemuyung (18,19,20 Maret 1904), Durin (22 Maret 1904), Badak (4
April 1904), Rikit Gaib (21 April 1904), Penosan (11 Mei 1904), Tampeng (18 Mei
1904). Hampir seluruh isi benteng dimusnahkan dan yang luka-luka tertawan
akhirnya juga dibunuh. menurut catatan Keempes dan Zentegraaf (Pengarang
Belanda) hampir 4.000 orang rakyat Gayo dan Alas gugur, termasuk pejuang Gayo
seperti Aman Linting, Aman Jata, H. Sulaiman, Lebe Jogam, Srikandi Inen manyak
Tri, Dimus dan lain-lain.
B. Gayo Lues Pada Zaman Belanda
Pasukan Belanda yang pergi meninggalkan Gayo Lues ke
Tanah Alas kembali lagi pada tahun 1905 untuk menyusun Pemerintahan. Untuk
Gayoo dan Alas dibentuk Pemerintahan Sipil yang disebut Onder Afdeling
(Kabupaten). Onder Afdeling Gayo Lues membawahi tiga daerah yang disebut
Landschap (Kecamatan), yaitu :
- Landschaap Gayo Lues di Blang Kejeren dikepalai oleh
Aman Safii
- Landschaap Batu Mbulan dikepalai oleh Berakan
- Landschaap Bambel dikepalai oleh Syahiddin
Sejak 1905-1942 Tanah Alas tunduk ke Gayo Lues. Tahun
1926 terjadi pemberontakan rakyat terhadap Belanda di Blang Kejeren yang
dipimpin oleh Muhammad Din, pemberontakan gagal, dapat dipadamkan dan Muhammad
Din dibuang ke Boven Digul (Irian) sedangkan kawan-kawannya dibuang ke Cilacap,
Sukamiskin dan Madura.
C. Gayo Lues Pada Zaman Jepang
Pada tahun 1942�1945 Gayo Lues dijadikan Jepang sebagai
daerah pertahanan terakhir jepang. Daerah ini cocok untuk pemusatan militer.
Untuk itu pemuda-pemuda Gayo Lues dilatih kemiliteran dalam jumlah yang banyak
diharapkan pemuda �pemuda
ini kelak sebagai pendukung militer Jepang. Pemuda-pemuda hasil didikan militer
Jepang antara lain adalah Muhammad Din, Bahrin, Zakaria, Maaris, Maat, Jalim
Umar, Abdurrahim, Asa, Dersat, Hasan Sulaiman, Ahmad Aman Bedus, Hasan Tejem
dan lain � lain
yang kelak berjasa dalam agresi I dan II.
D. Gayo Lues Pada Zaman
Kemerdekaan
Gema Proklamasi lama baru sampai ke GAYO Lues.
Kepastiannya baru di dapat pada akhir September 1945. Pada tanggal 4 Oktober
1945 teks Proklamasi dibacakan lagi di Blangkejeren oleh Muhammad Din. Pada
tahum 1946 Pemerintah Aceh menetapkan daerah pedalaman menjadi satu kabupaten (
Keluhakan ) yang bernama Keluhakan Aceh Tengah. Luhak (Bupati) dan ibukota
Kabupaten dimusyawarahkan antara pemimpin dari Takengon, Blang Kejeren dan
Kutacane. Setelah diadakan musyawarah terpilihlah Raja Abdul Wahab sebagai
Luhak Aceh Tengah sedangkan Takengon dipilih menjadi ibukota, A.R.Hajat menjadi
Patih, Mude Sedang menjadi Wedena Takengon, M. Saleh Aman Sari menjadi Wedana
Gayo Lues dan Khabar Ginting menjadi Wedana Tanah Alas. Setelah susunan
Pemerintahan terbentuk dan berjalan beberapa bulan mulailah terasa kesulitan
menjalankan roda pemerintahan mengingat hubungan Takengon-Blang Kejeren-Kutacae
sangat jauh. Atas dasar kesulitan di atas maka sejak tahun 1957 mulailah Gayo
dan Alas berjuang membentuk Kabupaten sendiri. Setelah melalui perjuangan penuh
liku-liku akhirnya pada tahun 1974 Gayo dan Alas terbentuk menjadi Kabupaten
yang dinamakan Kabupaten Aceh Tenggara dengan UU No 4 Tahun 1974 tertanggal 26
Juni 1974.
E. Terbentuknya Kabupaten Gayo
Lues
Dengan berlakunya UU No 5 Tahun 1974, maka status
Kewedanaan diganti dengan sebutan Pembantu Bupati. Namun sejak tahun 1975 s.d
1981 status Gayo Lues masih dalam status transisi karena Gayo Lues dijadikan
daerah koordinator Pemerintahan untuk 4 Kecamatan. Baru pada tahun 1982
Kewedanaan Gayo Lues dijadikan Wilayah Pembantu Bupati Gayo Lues dipimpin oleh
Pembantu Bupati. Berhubung karena keterbatasan wewenang ditambah lagi luasnya
daerah yang harus dikoordinir dan lagi pula minimnya PAD Aceh Tenggara ada
kesan kemajuan pembangunan Gayo Lues dianaktirikan. Pada pertengahan tahun
90-an transportasi Gayo Lues agak mendekati titik terang dengan berfungsinya
sarana jalan, sehingga menjadikan Kota Blang Kejeren sebagai simpang empat,
yaitu : Blang Kejeren �Takengon
; Blang Kejeren - Aceh Selatan ; Blang Kejeren Kutacane dan Blang Kejeren � Aceh Timur. Hal
ini memicu percepatan pertumbuhan ekonomi wilayah Gayo Lues yang mendukung PMDN
dan PMDA untuk menanam modal. Faktor intern di atas ditambah lagi dengan faktor
ekstern dengan diresmikannya Pembantu Bupati Simeulu menjadi Kabupaten
Administratif, menyusul Pembantu Bupati Bireuen dan Pembantu Bupati Singkil
menjadi Kabupaten. Hal inilah yang merangsang masyarakat gayo Lues untuk
mengikuti jejak daerah tersebut di atas.
Atas dasar pertimbangan tersebut di atas, maka pada
akhir tahun 1997 beberapa orang tua bermusyawarah di Blang Kejeren untuk
memperjuangkan Gayo Lues menjadi Kabupaten Administratif. Untuk itu dibentuk
sebuah panitia kecil yang dinamakan Panitia Persiapan Peningkatan Status
Wilayah Pembantu Bupati Gayo Lues Blang Kejeren, Kabupaten Aceh Tenggara dengan
susunan sebagai berikut :
Ketua : Drs. H. Maat Husin
Wakil Ketua : H. Husin Sabli
Wakil Ketua : H. Abdullah Wirasalihin
Wakil Ketua : Ak. Wijaya
Wakil Ketua : H. Syahuddin Thamin
Sekretaris : H. M. Saleh Adami
Wakil Sekretaris : Drs. Buniyamin,S
Bendahara : H. M. Yakob Mas
Dilengkapi dengan biro-biro :
Biro Keuangan : Drs. H. Saniman M. Biro Pendapatan :
Drs. H. Ramli S, MM
Biro Humas : Syaril A W.
Biro Seni Budaya : H. Ibrahim Sabri
Biro Hukum/Dok.: Drs. H. M. Salim Wahab
Biro Adat : A. Rahim
Biro Umum : Rajab Abdullah.
Maksud dan tujuan panitia ini disampaikan kepada
Bupati Aceh Tenggara. Bertepuk tidak sebelah tangan, Bupati sangat setuju dan
mendukung gagasan yang baik ini. Panitia meminta Bupati agar menyurati Gubernur
dan Ketua DPRD I Aceh. Permitaan ini disanggupi Bupati dan Ketua DPRD II Aceh
Tenggara dengan mengirim surat kepada Gubernur dan Ketua DPRD Aceh. Petinggi
Aceh lalu menyurati menteri yang terkait di Jakarta termasuk pimpinan DPR,
pimpinan Parpol dan lain-lain yang di rasa patut. Proses di Jakarta sedikit
agak terhambat mengingat situasi negarapun belum begitu stabil. Karena itu
Panitia, Pemerintah Daerah Aceh Tenggara masyarakat Gayo Lues yang berdomisili
di Jakarta berjuang terus tanpa mengenal lelah, tanpa biaya yang berlimpah,
bekerja tanpa pamrih demi terwujudnya sebuah Kabupaten. Tahun 2000 delegasi
dikirim ke Jakarta dari Aceh Tenggara untuk penjajakan dan menemui Menteri
Dalam Negri, pimpinan DPR dan Pimpinan parpol untuk mohon bantuan. Setelah
melalui proses yang agak panjang akhirnya pada tanggal 30 Agustus 2001 DPOD
menetapkan 4 Calon Kabupaten dari Aceh dinyatakan lulus menjadi Kabupaten,
sedangkan Gayo Lues dikaji ulang. Masyarakat Gayo Lues, Pemda Aceh Tenggara,
Pemda Daerah Aceh, merasa tidak puas dan kecewa, lalu mengirim delegasi lagi ke
Jakarta menemui Petinggi di Jakarta termasuk Wapres. Kepada mereka dimohon
dengan hormat agar Gayo Lues dapat diluluskan menjadi Kabupaten. Akhirnya DPOD
menyetujui Gayo Lues menjadi Kabupaten dalam sidangnya pada tanggal 18 Oktober
2001. Tidak lama kemudian pemerintah mengusulkan RUU pembentukan Kabupaten Gayo
Lues ke DPR-RI. Dalam sidang Paripurna DPR-RI tanggal 11 Maret 2002 seluruh
fraksi menyetujui Gayo Lues menjadi Kabupaten beserta 21 Kabupaten/Kota lainya.
Setelah itu masyarakat Gayo Lues mengusulkan kepada
Bupati Aceh Tenggara daftar 5 Calon Pelaksana Tugas Bupati yaitu ;
- Drs. Ramli S.
- Drs. H. Syamsul Bahri
- Drs. H. Harun Al-Rasyid
- Ir. Muhammad Ali Kasim, MM
- Drs. Abdul Gafar
Pada tanggal 2 Juli 2002 Gayo Lues beserta 21
Kabupaten/Kota lainya diresmikan oleh Mendagri Hari Sabarno sebagai sebuah
Kabupaten. Pada tanggal 6 Agustus 2002 Gubernur NAD, Ir. Abdullah Puteh
melantik Ir. Muhammad Ali Kasim, MM menjadi Penjabat Bupati Gayo Lues di
Kutacane. Dengan demikian selesailah sebuah perjuangan yang suci untuk
mewujudkan sebuah Kabupaten yang dicita-citakan.
Sumber: http://gadisgayo.blogspot.com
Posting Komentar